| 0 komentar ]

Dengan Tema " AChiecing Food Security In Time Of Crisis"



‘KERAWANAN PANGAN’ masih terjadi di Indonesia, negara agraris paling subur di dunia? Pertanyaan sederhana itu terasa menohok perasaan. Apakah kita benar-benar mengalami kerawanan pangan dalam arti sesungguhnya?


Deklarasi Roma tentang Ketahanan Pangan Dunia pada tahun 1996 (Rome Declaration on World Food Security) membuat kesepakatan dan komitmen bersama masyarakat dunia untuk mewujudkan ketahanan pangan bagi setiap orang, dan menghapuskan penduduk yang kelaparan di seluruh negara. Secara kuantitatif ditargetkan tercapainya pengurangan jumlah penduduk rawan pangan menjadi setengahnya paling lambat tahun 2015. Karena jumlah penduduk dunia yang rawan pangan pada tahun 1996 diperkirakan sekitar 800 juta jiwa, maka sasaran pengurangan yang ingin dicapai adalah sebesar 400 juta jiwa selama 20 tahun, atau rata-rata 20 juta jiwa per-tahun.
‘KERAWANAN PANGAN’ masih terjadi di Indonesia, negara agraris paling subur di dunia? Pertanyaan sederhana itu terasa menohok perasaan. Apakah kita benar-benar mengalami kerawanan pangan dalam arti sesungguhnya? Sejatinya tidak. Kita hanya kekurangan beras, sementara ketersediaan jagung, singkong, sagu, ubi dan bahan makanan lain di luar beras masih cukup berlimpah. Namun karena pola konsumsi sebagian besar masyarakat terlalu “beras-sentris”, keberadaan bahan makanan yang beraneka ragam itu sering hanya dipandang sebelah mata. Seperti juga kebutuhan pangan, masyarakat hanya mengartikan bahwa bahan pangan pokok itu hanya identik dengan beras. Beras menjadi fokus perhatian kita semua sekaligus menjadi prestasi kalau berhasil meningkatkan produksinya. Sehingga sampai sekarang beras selalu menjadi komoditas ekonomi dan politik yang sangat penting.
Padahal bahan pangan tidak hanya beras, masih ada jagung, ubi kayu, ubi jalar, sukun, talas, sorgum, sagu, dll. Demikian juga dengan Terigu. Terigu atau (jagung gandum) adalah bahan pangan yang hampir seluruhnya diimpor dari luar negeri. Kita harus bisa menciptakan alternatif bahan pangan yang menggantikan terigu. Banyak bahan yang bisa menjadi subsitusi terigu seperti tepung casava, tepung sorgum, tepung sukun, dll.
Selain beras dan terigu, gula juga menjadi fokus perhatian. Gula adalah bahan pangan sumber pemanis. Konsumsi gula nominal kita tinggi, produksi bangsa Indonesia belum mencukupi kebutuhan konsumsinya. Gula sangat identik dengan tebu, padahal sumber-sumber bahan pemanis tidak hanya tebu, masih banyak yang lainnya. Sumber bahan pemanis yang sangat potensial dapat menggantikan dan mengungguli Tebu adalah Aren.

Oleh karena itu upaya untuk menciptakan bahan pangan pokok alternatif, merubah pola konsumsi pangan meningkatkan daya tarik, daya minat, daya konsumsi dari berbagai sumber bahan pangan lokal yang ada, harus terus dan segera dilakukan. Maka bijaklah dalam memilih sumber bahan pangan dan sumber bahan energi bagi daerah kita masing-masing agar kita bisa mencapai apa yang disebut berdaulat atau mandiri di bidang pangan dan berkedaulatan dengan energi atau mandiri energi.

0 komentar

Posting Komentar